A.
Pengertian
Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam pengertian diagnosis
kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami yaitu istilah diagnosis
dan kesulitan belajar. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian diagnosis antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term,
diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola
gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal
yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster,
diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat
kelainan atau ketidak mampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut
dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai ,
yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan
meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
yang tampak.
Kesulitan belajar adalah suatu
gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi
belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. Blassic dan Jones
mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi normal, tetapi
menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar,
baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi motoriknya.
Jadi kesulitan belajar yang
dialami peserta didik tidak selalu disebabkan oleh intelejensi atau angka
kecerdasannya yang rendah. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh
peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan
lingkungan belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar
merupakan proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam
belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara
menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
B.
Kedudukan
Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Keberhasilan belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang
telah diberikan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau
baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau
gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta
didik belum mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kaitannya dengan konsep
belajar tuntas (mastery learning) tingkat penguasaan bahan pelajaran
biasanya ditetapkan antara 75% - 90%. Bila peserta didik belum mampu menguasai
bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut
harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah
ditetapkan.John B. Carol (1986) mengatakan : apabila peserta didik diberi
kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka
menggunakan dengan sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil
belajar seperti yang diharapkan. Jadi setiap peserta didik yang memiliki
kecakapan normal, apabila diberi kecukupan waktu cukup untuk belajar , mereka
akan mampu menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama kondisi yang tersedia
menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik
dipengaruhi oleh :
1.
Waktu yang
tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan
2.
Usaha yang
dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3.
Bakat yang
dimiliki peserta didik
4.
Kualitas
pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya.
5.
Kemampuan peserta
didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari keseluruhan proses pembelajaran
yang sedang dihadapi.
C.
Jenis-jenis Kesulitan Belajar
1.
Kesulitan Belajar Umum
Anak berkesulitan belajar umum secara nyata mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi
neurologis, proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi
belajarnya rendah dan anak tersebut berisiko tinggi tinggal kelas.
Anak berkesulitan belajar kemungkinan juga mengalami gangguan fisik, sosial
dan mental yang ringan sehingga cukup mengganggu mereka dalam menangkap
pelajaran. Anak yang mengalami gangguan penglihatan jauh akan merasa kesulitan
jika ditempatkan di tempat duduk paling belakang, demikian juga dengan anak
yang mengalami gangguan pendengaran ringan. Anak yang memilki inteligensi di
bawah rata-rata (slow learner)
memerlukan penjelasan dengan menggunakan berbagai metode dan berulang-ualang
agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik.
2. Kesulitan
Belajar Khusus
Kesulitan belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar akademik.
a. Kesulitan Belajar Praakademik
1) Gangguan
Motorik dan Persepsi
Gangguan perkembangan motorik mencakup gangguan pada motorik kasar,
penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan
atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau aoditoris, persepsi heptik
(raba dan gerak atau tatkil dan kinestik), dan inteligensi sistem persepsual.
Dispraksia atau sering disebut clumsy adalah
keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam inteligensi auditori-motor. Anak
tidak mampu menggerakkan anggota tubuh dengan benar walaupun tidak ada
kelumpuhan anggota tubuh.
2) Kesulitan
Belajar Kognitif
Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelektual yang
digunakan untuk mengetahui sesuatu. Kognitif merupakan fungsi mental yang
mencaku persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah.
Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak menggunakan bahasa
dan menyelesaikan soal-soal berhitung.
3) Gangguan
Perkembangan Bahasa (Disfasia)
Disfasia adalah ketidakmampuan anak menggunakan simbol linguistik dalam berkomunikasi
secara verbal. Gangguan pada anak yang terjadi pada fase perkembangan ketika
anak belajar berbicara disebut disfasia perkembangan (developmental dysphasia).
4) Kesulitan
dalam Penyelesaian Perilaku Sosial
Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya,
baik oleh sesama anak, guru, maupun orang tau. Ia ditolak oleh lingkungan
sosialnya karna sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau
berbagai perilaku lainnya. Jika kesulitan penyusuaian perilaku sosial ini tidak
secepatnya ditangani maka tidak hanya
menimbulakan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya.
b. Kesulitan
Belajar Akademik
klasifikasi kesulitan belajar akademik tidak dikaitkan dengan
semua mata pelajaran atau bidang studi. Berbagai literatur yang mengkaji kesulitan
belajar hanya menyebutkan tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai
berikut:
·
Kesulitan belajar membaca
·
Kesulitan belajar menulis, dan
·
Kesulitan belajar berhitung atau matematika.
1) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)
Kesulitan belajar membaca sering
disebut disleksia. Kesulitan
belajar membaca yang berat dinamakan aleksia. Kemampuan membaca tidak hanya merupakan dasar untuk
menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan
kerja dan memungkinkan orang untuk berprestasi dalam kehidupan
masyarakat secara bersama.
2) Kesulitan Belajar
Menulis (Disgrafia)
Kesulitan belajar menulis disebut
jaga disgrafia. Kesulitan belajar menulis yang berat disebut agrafia. Ada tiga
jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan, mengeja atau dekte, dan
menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang siswa adalah untuk
menyalin, mencatat,dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu,kesulitan belajar menulis hendaknya didekteksi dan
ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam
mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarakn di sekolah.
3) Kesulitan Belajar Berhitung
(Diskalkulia)
Kesulitan belajar berhitung disebut
juga diskalkulia.
Kesulitan belajar berhitung yang berat disebut akalkulia. Ada tiga elemen belajar berhitung yang harus dikuasai oleh
anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep, komputasi,dan pemecahan
masalah. Seperti halnya bahasa, berhitung merupakan bagian dari matematika yang
merupakan sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, kesulitan belajar
bahasa,kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani dini agar tidak
menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran lain
disekolah.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar disebabkan oleh berbagai hal seperti yang
dikemukakan oleh Noehi Nasution. (1992: 215) : Rendahnya kemampuan intelektual
anak, gangguan perasaan atau emosi, kurangnya motivasi untuk belajar, kurang
matangnya anak untuk belajar, usia yang terlampau muda, latar belakang sosial
yang tidak menunjang, kebiasaan belajar yang kurang baik, kemampuan mengingat
yang rendah, terganggunya alat-alat indra, proses belajar mengajar yang tidak
sesuai dan tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Dimyati dan Mudjiono(1994:
228-235) mengemukakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar
sebagai berikut: Sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,
mengolah bahan ajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar
yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja, rasa percaya diri
siswa, inteligensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, dan cita-cita
siswa.
Sedang faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap proses belajar meliputi: Guru sebagai Pembina siswa
belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan
social siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah.
E.
Pengenalan
Kesulitan Belajar Peserta Didik
Untuk dapat menentukan
kesulitan belajar peserta didik dengan tepat, maka kita harus mengumpulkan data
selengkap mungkin, baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes.
1.
Teknik Nontes
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik
pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan cara: wawancara,
observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan
dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh
data atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
c. Angket
Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang
berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
diselidiki atau disebut responden, secara tertulis.
d. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu cara
untuk mengetahui hubungan social seseorang, yang sering disebut juga sebagai
ukuran berteman seseorang. Gambaran mengenai hubungan seseorang disebut
sosiogram.
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data
dengan jalan mengutip dari sumber catatan yang sudah ada .
f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data
yang berkaitan dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan yang
dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang pemeriksaan
kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal
ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan
seseorang.
2.
Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik
pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan memberikan tes. Teknik
tes dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui
penguasaan bahan pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam
bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain.
b. Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu
data tentang kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya
bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.
F.
Prosedur
Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
Guru dalam proses pembelajaran
menghadapi peserta didik yang beranekaragam karakteristiknya. Perbedaan peserta
didik berkaitan dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap,
kemampuan, minat, latar belakang kehidupan keluarganya dan lain-lainnya.
Perbedaan ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap
peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan belajar yang
dicapainya.
Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan
belajar yaitu :
1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar.
Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis
maupun non psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a. Analisis Perilaku
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat
diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran dapat diketahui :
1) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b. Analisis Prestasi Belajar
Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan
menganalisis hasil belajar serta menafsirkannya.
2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Dapat kita lakukan dengan cara
mengetahui dalam mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi,
kemudian aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta
didik.
Untuk menemukan bidang studi
apa peserta didik mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara
membandingkan skor prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata
dari masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian
mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan
memeriksa hasil pekerjaan tes.
3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dapat dilakukan dengan cara
meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal) dan
faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang menghambat
proses belajar dan atau pembelajaran.
4. Memperkirakan Alternatif Bantuan
Langkah yang akan ditempuh
dengan cara menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
a.
Apakah peserta
didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya?
b.
Berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik?
c.
Kapan dan dimana
pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik?
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Langkah ini merupakan langkah
untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik
Selanjutnya rencana pemberian bantuan harus disesuaikan dengan jenis kesulitan
yang dialami peserta didik.
Bantuan dapat diberikan
melalui program remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan
konseling, program referal yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang
berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
6. Tindak Lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.
Memberikan
pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, sebagai
penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya
b.
Melibatkan
berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik
c.
Mengikuti
perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah
diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan
bantuan yang diberikan
d.
Melakukan
referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang
dialami peserta didik.
Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pedidikan. Yogyakarta:
UNY Press.
0 komentar:
Posting Komentar
Setiap kata-kata adalah cerminan diri