Welcome to My Blog

PENELITIAN KUALITATIF


1.1 Konsep Dasar Penelitian Kualitatif.
Istilah penelitian  kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumber pada pengamatann kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Dipihak lain “kualitas” menunjukkan pada segi “alamiah” yang dipertentangkan dengan “kuantum” atau “jumlah” tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Ada bebrapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistic atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif kedalam, etnomotodologi, fenomenologis, studi kasus, interpretatis, ekologis dan deskriptif.
Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kuantitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa ppenelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilu pengetahuan sosiall yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.Pengkajian definisi inkuiri alamiah telah diadakan terlebih dahulu oleh Willem dan Rausch (1969)  dan menjadi gambaran tentang adanya kekhasan penelitian kualitatif sebagai berikut:
a.       Inkuiri naturalistic selalu adalah suatu taraf,
b.      Taraf sejauh mana tingkatan pengkajian.
c.       Yang dilakukan oleh peneliti yang berkaitan dengan stimulus variabel bebas yang merupakan dimensi yang paling penting.
d.      Dimensi penting lainnya adalah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membetasi rentangan respon dari keluaran subjek
e.       Inkuiri naturalistic tidak mewajibkan peneliti agar terlebih dahulu membentuk teori mengenai lapangan perhatiannya.
f.       Istilah naturalistic merupakan istilah yang memodifikasi penelitian atau metode tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.


1.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif
Dari hasil penelaahan kepustakaan ditemukan bahwa Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengajukan lima buah cirri sedangkan Lincoln dan Guba (1985:39-44) mengulas sepuluh siri penelitian kualitatif. Berikut merupakan hasil pengkajaindan sintesis kedua versi tersebut.
a.       Latar Alamiah
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Hal ini dilakukan karena ontology alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Menurut mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi:
1)      Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat
2)      Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya
3)      Sebagai struktur nilai kontekstual bersifat determinative terhadap apa yang akan dicari.
b.      Manusia sebagai Alat (instrument)
Dalam penel;itian kualitatif peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan lat pengumpulan data utama. Hal itu dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan mausia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyatan-kenyataan yang ada dilapangan.
c.       Metode kualitatif
Penelitian mengguankan metode kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan karenan beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan, kedua, metode ini  menyajiakan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, dan ketiga metode inilebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
d.      Analisis Data Secara Induktif.
Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan yaitu sebagai berikut :
1)      Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data
2)      Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, akontabel.
3)      Analisis data demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.
4)      Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan terakhir analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-niali secara eksplisit sebagai dari struktur analitik.
e.         Teori dari dasar ( grounded theory)
Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak ada teori a priori yang dapat mencakupi kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapi; kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral; dan ketiga, teori dari dasar lebih responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.
Dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti pencairan data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum dilakukan penelitian. Analisis ini lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudin dikelompok-kelompokan. Jadi, penyusunan teori di sini berasal dari bawah ke atas, yaitu dari bagian yang banayak data dikumpulkan dan yang saling berhubungan. Jadi penelitian merencanakan untuk menyusun teori,  arah penyusunan teori tersebut akan menjadi jelas jika data sudah dikumpulkan. Jadi penelti dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin jelas sementara data dikumpulkan dan bagian-bagianya diuji.
f.         Deskriptif
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian kan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menanalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.
g.      Lebih mementingkan proses dari pada hasil
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi ‘’proses’’ daripada ‘’hasil’’. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Peneliti mengamatinya dalam hubungan-hubungan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang sikap yang diteliti. Dengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali.
h.        Adanya “Batas” yang Ditentukan oleh “Fokus”
Penelitian kulaitatif menghendaki ditetapkanya batas dalam penelitian-penelitiannya atas dasar fokus yang timbul dari maslah penelitian. Hal tersebut disebabkan beberapa hal. Pertama, batas penentuan kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi peneliti dan fokus.
i.          Adanya Kriteria Khusus Untuk Keabsahan Data
Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, reabilitas, dan objektivitas dalam kata lain dibandingkan dengan lazim digunakan dalam penelitian klasik. Menurut Lincoln dan Guba ( 1985:43) hal itu disebabkan oleh validitas internal cara lama telah gagal karena hal itu menggunakan isomorfisme antara hasil penelitian dan kenyataan tunggal dimana penelitian dapat dikonvergensikan. Kedua, validitas eksternal gagal karena taat asas dengan aksioma dasar dari generalisasinya: ketiga, kriteria reabilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan keterlaksanakan secara mutlak dan keduanya tidak mungkin digunakan dalam paradigma yang didasarkan tas desain yang dapat berubah-ubah. Keempat, kriteria objektivitas gagal karena penelitian kuantitatif justru memberi kesempatan interaksi antara peneliti-responden dan peranan nilai.
j.          Desain Yang Bersifat Sementara 
Penelitian kualiatatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.
k.        Hasil Penelitian Dirundingkan Dan Disepakati Bersama
Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkn dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, susunan kenyataan dari merekalah yang akan diangkat oleh peneliti; kedua, hasil penelitian bergantung pada hakikat dan hubungan antara pencari dan yang dicari; ketiga, konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik verifikasnya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang yang kaitanya dengan yang diteliti.
1.3     Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif
Banyak pendekatan penelitian mendasarkan diri atas aliran positivisme yang bersumber dari karyabesar Agouste Comte. Aliran ini memberi tekanan pada fakta dan perilaku. Pada dasarnya ada perbedaan  pandangan teoritis dikalangan peneliti kualitatif , namun satu hal yang jelas ialah mereka tidak mengacu pasa positivisme, tetapi lebih mengacu pada perspektif fenomenologis.
1.3.1        Pendekatan Fenomenologis
Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadapnya orang-arang biasa dalam situasi tertentu.Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husser dan Alfred Schultz.Pengaruh lainnya berasal dari Weber yang memberi tekanan pada Ferstehen, yaitu pengertian interpretative terhadap pemahaman manusia.Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang- orang yang sedang diteliti oleh mereka.Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektiv dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedimikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagamana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari- hari. Para fenomenolog percaya bahwa mahluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui ineraksi dengan orang lain, dan bahwa penegrtian penalaman kitalah yang membentuk kenyataan.
Ada berbagai cabang penelitian kualitatif, naming semua berpendapat sama tentang tujuan pengertian subjek penelitian, yaitu melihatnya dari segi pandangan mereka. Jika ditelaah secara teliti,frase dari segi pandangan mereka menjadi persoalan. Persoalan pokoknya adalah ari segi pandangan mereka bukanlah merupakan ekspresi dan belum tentu mewakili cara mereka berfikir.dan segi pandangan mereka adalah cara peneliti menggunakannya sebaginpendekatan dalam pekerjaaanya. Jadi dari segi pandangan mereke merupakan konstrak penelitian. Melihat subjek dari segi ide ini hasilnya barang kali akan memaksa subjek tersebut mengalami dunia yang asing baginya.
Sebenernya upaya mengganggu dunia subjek oleh peneliti bagaimana perlu dalam penelitian itu.Jika tidak, peneliti akan membuat taksiran dan harus mempunyai kerangka konsep untuk menafsirkannya. Penelitian kualitatif percaya bahwa mendekati orang dengan tujuan mencoba memahami pandangan mereka dapat mengganggu dapat pengalaman subjek. Bagi peneliti kualitatif terdapat perbedaan dalam1)derajat mengatasi masalah metodologis/ konseptual ini dan 2) cara mereka mengatasinya.Sebagian peneliti mencoba melakukan deskripsi fenomenologis murni.
Peneliti kualitatif cenderung berorientasi fenomenologis, namun sebagian besar diantara tidak radikal, etapi idealism pandangannya. Mereka memberi tekanan pada segi subjektif,api mereka tidak perlu menolak kenyataan adanya ditempat sana, artinya merka tidak perlu mendesak atau bertentangan dengan pandangan oaring yang mampu menolak tindakan itu. Sebagai gambaran diberikan contoh, misalnya guru mungkin percaya bahwa ia dapat berjalan menembus dinding basah, tetapi untuk mencapainya memerlukan pemikiran. Hakikatnya batu itu keras ditembus, naming guru itu tidak perlu merasakan bahwa ia tidak mampu berjalan menembus dinding itu. Penelitian kualitatif menekankan berikir subjektif karena sebagai yang mereka lihat, duania didominasi oleh objek yang kyurang disbanding dengan batu.Manusia kurang lebh sama dengan mesin kecil yang dapat melakukan sesuatu.Kita hidup dalam imajinasi kita. Kita lebih banyak berlatarbelakang simbolik daripada yang konkrit.

1.3.2. Interaksi simbolik
Bersamaan dengan perspektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran manusia. Objek, orang, situasi, dan peristiwa tidak memilki penger tiannya sendiri, sebaliknya pengertian diberikan oleh mereka.Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya adalah esensial serta menentukan dan bukan bersifat kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu.
            Untuk memahamai perilaku kita harus memahami definisi dan proses pendefinisiannya. Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga dengan demikian ia mengerti akan pemisahan anatara riwayat hidup dengan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial.
            Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan biakn pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang- orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain eperti oarng- orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di televise, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar tempat mereka bekerja atau bermain untuk mereka.Jadi, penafsiran itu menjadi esensial. Interaksi simbolik menjadi paradigm konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motifasi yang tidak disadari, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya.
1.3.3.      Kebudayaan
Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi mereka tentang pendidikan.Kerangka studi antropologisnya adalah konsep kebudayaan.Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan etnograf.Walaupun diantara mereka kurang sependapat tentang definisi kebudayaan, mereka memandang kebudayaan sebagai kerangka teoritis dalam menjelaskan pekerjaan mereka.
Beberapa definisi membantu memperluas pengertian kita tentang bagaimana hal itu mempertajam penelitian. Beberapa antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku (Spradley, 1980:50 dalam Bagdan dan Biklen:35). Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini, seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa menurut cara sebagai berikut: Sebaiknya etnografi mempertimbangkan perilaku manusia dengan jalan menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berperilaku secara baik sesuai dengan common sense dalam masyarakatnya. Peneliti dalam tradisi ini mengatakan bahwa etnografi berhasil jika mendidik pembaca bagaimana sebainya berperilaku dalam suatu latar kebudayaan, apakah itu diantara keluarga-keluarga masyarakat hitam, di kantor kepala sekolah, atau di kelas taman kanak-kanak.
Definisi lainnya tentang kebudayaan memberi teknan pada semantik dan menganjurkan bahwa ada perbedaan antara mengetahui perilaku dan bahasa khas sekelompok orang dan yang dapat melakukannya sendiri.Menurut perspektif ini, kebudayaan tampaknya agak rumit dan berbeda penekananya. Dalam hal ini, tekanannya pada interaksi antara kebudayaan dan pengertian  yang diberikan orang terhadap peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, orientasi fenomenologis disini menjadi jelas.
Etnografi dikenal dengan “uraian tebal” (thick description).Yang ditemui etnograf jika menguji kebudayaan menurut perspektif ini ialah suatu seri penafsiran terhadap kehidupan, pengertian, “akal sehat” yang rumit dan sukar dipisahkan satu dan lainnya.Tujuan etnografi adalah mengalami bersama pengertian pengertian bahwa pemeran serta kebudayaan memperhitungkan dan menggambarkan pengertian baru untuk pembaca dan orang luaran.
Konsep kebudayaan terakhir diambil Rosalie Wa (1971, dalam Bogdan dan Biklen: 36). Wax mendiskusikan tugas etnografi dalam rangka pengertian. Penegertian bukanlah beberapa “empati yang misterius” diantara orang-orang, melainkan merupakan satu kenyataan dari “pengetian yang dialami bersama” (shared meaning). Dengan demikian antropolog mulai dan luar, baik secara harfiah dalam rangka penerimaan sosialnya maupun secara kiasan dalam rangka pengertian. Suatu penelitian enografis tentang kelas taman kanak-kanak menguji bagaimana anak-anak yang memasuki sekolahnya menjadi orang dalam, yaitu bagaimana mereka mempelajari kebudayaan sekolahnya dan mengembangkan respons yang tepat terhadap gurunya dan harapan-harapan kelas.
Dalam kerangka kebudayaan, apapun definisi khususnya, kebudayaan merupakan alat organisatorisatau konseptual untuk menafsirkan data yang berarti dan yang memberi ciri pada etnografi. Prosedur etnografi, apakah sama atau identik dengan pengamatan berperanserta, percaya akan adanya perbedaan kosa kata dan telah berkembang dalam kekhasan akademis yng berbeda. Sekarang ini peneliti pendidikan telah menggunakan istilah etnografi untuk menunjuk pada setiap studi kualitatif dan juga dalam sosiologi. Walaupun orang-orang tidak setuju dengan penggunaan “etnografi” sebagai istilah umum untuk studi kualitatif, pada beberapa kenyataan yang menunjukkan bahwa sosiolog dan antopolog makin saling mendekat dalam hal melakukan penelitian dan orientasi teoritis yang mendasari pekerjaan mereka. Sprandley (1980) sebagai antropolog terkenal menyatakan ciri umum yang sama dengan interaksi simbolik.
1.3.4        Etnometodologi
Etnometologi bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, melainkan menunjuk pada mata pelajaran yang akan diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari.Subyek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang dalam pelbagai macam situasi dalam masyarakat kita.Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup.

Sejumlah orang berpendidikan telah dipengaruhi oleh pendekatan ini.Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan peneliti kualitatif lainnya; mereka cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan tentang isu yng bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa kata khusus, dan dengan tindakan yang mendetil dan dengan pengertian. Peneliti demikian menggunakan istilah “pengetian common sense”, “kehidupan sehari-hari”, “penyelesaian sehari-hari”, “dasar melembaga untuk tindakan sosial”, dan “memperhitungkan”. Menurut para etnometodolog, penelitian bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan “penyelesaian prekatis”.Mereka menyarankan agar pengumpulan data dilakukan. Mereka mendorong peneliti untuk bekerja dengan cara kualitatif untuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu menurut mereka atau menangguhkan asumsi mereka tentang commonsense,pandangan mereka sendiri, daripada mempertimbangkannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap kata-kata adalah cerminan diri